Selasa, 01 April 2014

beginilah kita saat ini


Berbincang dengan kamu itu tidak ada habisnya. Bahkan saat pembahasan dalam media telekomunikasi itu hampir stagnan, aku tetap mempertahankan tiap detik yang tertera dalam layar ponsel agar terus terlewat hingga hitungan jam. Jarak membuatku kerap enggan memutuskan signal.  Meski dengan banyak meski sedari dulu selalu kamu yang aktif mendengarkan, sesekali memberiku beberapa pertimbangan atas rencana – rencana yang sudah ku susun. Tapi ini sedikit berbeda. Aku lebih sering bertanya dan kamu hanya menjawab, sama persis ketika aku mewawancarai narasumber untuk bahan pendukung  pengumpul data tugas akhirku, aku interviewer dan kamu narasumber yang baik. Pola hubungan yang tidak terlalu buruk,meski , dan yah akhir – akhir ini akrab dengan meski ketika membicarakanmu (lagi). Tapi aku tidak peduli, aku yang akan mengejarmu. Aku akan menyusun rencana dan ku pikir kamu tidak akan peduli dengan rencana – rencanaku, mengingat kita ini seperti apa akibat kesalahanku di masalalu. Tapi bukankah setiap kesalahan yang mengundang penyesalan berhak mendapat pengampunan dan pemberian maaf yang layak ? Menebus kesalahan – kesalahan dengan usaha yang tak bisa dibilang “ ini belum seberapa “.  Apapun yang mendorongku melakukan hal ini semata karena aku mau sesuatu itu datang dengan lebih baik dan lebih layak untukmu. Panjang kata ini tidak lain hanya menginginkan kita bertemu. Tidak kurang dan tidak lebih. Hanya itu. Entah kapan waktu yang baik untuk kita bertemu di masadepan, ku rasa saat aku datang dan kamu bersedia ku datangi saat itulah waktu terbaik dengan segala konsekuensi terbaik pula. Aku siap. Aku masih tidak tahu apa yang akan ku lakukan. Tapi setidaknya aku tahu kalau aku harus pergi. Selebihnya biar saja semua terjadi begitu saja. Entah begitu yang bagaimana. Kacau sekali menjadi aku seperti ini. Biar , biar saja kekacauan ini aku lalui dengan sadar. Bukankah lebih baik seperti ini? Orang – orang akan tahu dan semakin banyak yang tahu akan semakin banyak orang yang mengingatkanku. (jika ada) , konsekuensi terburuknya tidak ada yang peduli terhadapku. Yah, buruk sekali. Aku ingin kau tahu satu hal, dan beberapa hal. Emm, banyak hal . Hal – hal yang belum tahu bagaimana bisa aku melakukannya. Tapi aku ingin membuat kesempatan untuk diriku sendiri. Aku ingin menghargai waktuku sendiri. waktu yang tak mungkin menungguku untuk melangkah, yang ada aku sendiri yang harus mengejar.
Aku berjuang sendiri, tanpa pertimbangan. Menutup rapat telinga pada samar ucapan – ucapan manusia yang berlaga seperti teman. Berlaku layaknya pemerhati yang baik, pendengar yang bijak, penyemangat yang keren. Mendengar mereka membuatku makin kacau. Jadi ku putuskan untuk menutup telinga sejenak. Lain waktu akan ku putar ulang ucapannya.  “tak selalu waktu merujuk pada jam”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar