Berbincang dengan kamu
itu tidak ada habisnya. Bahkan saat pembahasan dalam media telekomunikasi itu
hampir stagnan, aku tetap mempertahankan tiap detik yang tertera dalam layar
ponsel agar terus terlewat hingga hitungan jam. Jarak membuatku kerap enggan
memutuskan signal. Meski dengan banyak
meski sedari dulu selalu kamu yang aktif mendengarkan, sesekali memberiku beberapa
pertimbangan atas rencana – rencana yang sudah ku susun. Tapi ini sedikit
berbeda. Aku lebih sering bertanya dan kamu hanya menjawab, sama persis ketika
aku mewawancarai narasumber untuk bahan pendukung pengumpul data tugas akhirku, aku interviewer
dan kamu narasumber yang baik. Pola hubungan yang tidak terlalu buruk,meski ,
dan yah akhir – akhir ini akrab dengan meski ketika membicarakanmu (lagi). Tapi
aku tidak peduli, aku yang akan mengejarmu. Aku akan menyusun rencana dan ku
pikir kamu tidak akan peduli dengan rencana – rencanaku, mengingat kita ini
seperti apa akibat kesalahanku di masalalu. Tapi bukankah setiap kesalahan yang
mengundang penyesalan berhak mendapat pengampunan dan pemberian maaf yang layak
? Menebus kesalahan – kesalahan dengan usaha yang tak bisa dibilang “ ini belum
seberapa “. Apapun yang mendorongku
melakukan hal ini semata karena aku mau sesuatu itu datang dengan lebih baik
dan lebih layak untukmu. Panjang kata ini tidak lain hanya menginginkan kita
bertemu. Tidak kurang dan tidak lebih. Hanya itu. Entah kapan waktu yang baik
untuk kita bertemu di masadepan, ku rasa saat aku datang dan kamu bersedia ku
datangi saat itulah waktu terbaik dengan segala konsekuensi terbaik pula. Aku siap.
Aku masih tidak tahu apa yang akan ku lakukan. Tapi setidaknya aku tahu kalau
aku harus pergi. Selebihnya biar saja semua terjadi begitu saja. Entah begitu
yang bagaimana. Kacau sekali menjadi aku seperti ini. Biar , biar saja
kekacauan ini aku lalui dengan sadar. Bukankah lebih baik seperti ini? Orang –
orang akan tahu dan semakin banyak yang tahu akan semakin banyak orang yang
mengingatkanku. (jika ada) , konsekuensi terburuknya tidak ada yang peduli
terhadapku. Yah, buruk sekali. Aku ingin kau tahu satu hal, dan beberapa hal.
Emm, banyak hal . Hal – hal yang belum tahu bagaimana bisa aku melakukannya.
Tapi aku ingin membuat kesempatan untuk diriku sendiri. Aku ingin menghargai
waktuku sendiri. waktu yang tak mungkin menungguku untuk melangkah, yang ada
aku sendiri yang harus mengejar.
Aku berjuang sendiri,
tanpa pertimbangan. Menutup rapat telinga pada samar ucapan – ucapan manusia
yang berlaga seperti teman. Berlaku layaknya pemerhati yang baik, pendengar
yang bijak, penyemangat yang keren. Mendengar mereka membuatku makin kacau.
Jadi ku putuskan untuk menutup telinga sejenak. Lain waktu akan ku putar ulang
ucapannya. “tak selalu waktu merujuk
pada jam”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar